KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN YANG DIHARAPKAN
BAB I
A.
Latar Belakang Masalah
Kondisi lingkungan kehidupan bangsa
kita pada dekade-dekade awal abad 21 sebagaimana bangsa lain diberbagai belahan
dunia, menghadapi gelombang besar berupa meningkatnya tuntutan Demokratisasi,
Desentralisasi, dan Globalisasi.
Demokratisasi
memang mengandung makna kebebasan dan optimalitas pelaksanaan hak-hak asasi
manusia tanpa membedakan latar belakang etnik, agama, ideologi, maupun
domisili. Domokrasi didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan dan hukum yang
berkeadilan serta keputusan pada keputusan bersama yang diambil secara
obyektif, rasional, dan kemanusiaan. Namun yang berkembang bukan “kerja sama
yang rasional dan manusiawi” melainkan konflik atau disintegrasi yang seakan tidak
mencerminkan pemahaman akan nilai-nilai peradaban demokrasiyang luhur.
Desentralisasi
sebagai perwujudan nyata pelaksanaan otonomi. Sebab dengan adanya hak,
kewajiban, dan wewenang mengurusi rumah tangga daerah oleh daerah, maka jarak
berbagai pelayanan publik dan partisipasi masyarakat dalam proses kebijakan
bertambah dekat.
Liberalisasi
perekonomian yang menandai gelombang Globalisasi sejak dekade akhir abad 20,
serta krisis dimensi yang melanda kehidupan bangsa Indonesia, bukannya menuntut
peningkatan efisiensi dan mutu pelayanan, tetapi juga kemampuan dalam mengelola
kebijakan publik secara arif dan efektif kearah pemulihan perekonomian,
integrasi nasional, serta peningkatan ketahanan daya saing perekonomian bangsa.
Bangsa kita
terasa masih tenggelam dalam permasalahan yang timbul sebagai akibatkesalahan
mendasar yang dibuatnya sendiri, khususnya pada para pemimpin. Oleh karena itu,
dalam menghadapi masalah tersebutdiperlukan suatu dasar pendekatan bersama dan
kualifikasi segenap unsur SDM utamanya unsur pemimpin dalam berbagai lembaga
pemerintahan dan masyarakat.
Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin.
Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia
ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat
Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di
muka Bumi”.
Menurut Bachtiar Surin yang dikutif oleh Maman Ukas bahwa “Perkataan Khalifah
berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk menyampaikan atau memimpin
sesuatu”
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan
sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap
individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk
memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya.
Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang
mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya
tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan
tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang
baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya
pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.
B.
Pembatasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi masalahnya sebagai berikut
a. Hakikat pemimpin
b. Tipe-tipe kepemimpinan
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas kepemimpinan.dalam manajemen pendidikan.
C.
Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan permasalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan
ini diarahkan untuk :
a. Untuk mengetahui hakikat
pemimpin
b. Untuk mengetahui tipe-tipe
kepemimpinan
c. Faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.
D.
Sistematika Penulisan
Sebagai langkah akhir dalam penulisan makalah ini, maka klasifikasi
sistematikan penulisannya sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan
masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Dibahas tentang tinjauan hakikat pemimpin, tipe-tipe kepemimpinan, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan dalam manajemen
pendidikan.
Bab III : Merupakan bab terakhir dalam penulisan makalah ini yang berisikan
tentang kesimpulan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
A.
Hakikat Pemimpin
“Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk
memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan.”
Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan
mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan
yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan
hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di
antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan
anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin
tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga
dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga
terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan
bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa
pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya,
karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin
dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
B.
Tipe-Tipe Kepemimpinan
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses
kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu
dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman
Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1.
Tipe
kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system kepemimpinan ini,
segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi.
Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh
pemimpin yang bersangkutan.
2.
Tipe
kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu
kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi
baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3.
TIpe
kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin
otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja
menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan
instruksi-instruksinya harus ditaati.
4.
Tipe
kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis
menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan
kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama.
Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta
dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian.
Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian
tujuan.
5.
Tipe
kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini
dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin
dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah
seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6.
Tipe
kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari
kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan
adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang
bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di
antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia
ikur berkecimpung”.
Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas mengemukakan
tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :
1.
Otokratis,
pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia
bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya
harus ditaati.
2.
Demokratis,
pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan
bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan
tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan,
perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap
sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
3.
Laissezfaire,
pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada
bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan
menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan
atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada
inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap
cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa
kekangan.
Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe
kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan
oleh para pemimpinnya di dalam berbagai macama organisasi, yang salah satunya
adalah dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di
bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan
harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih
tinggi, posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai
oleh para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan
sebagai seorang pemimpinan yang profesional.
C.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam Manajemen Pendidikan
Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz
(1981) yang dikutif Nanang Fattah, sebagai berikut :
1.
Kepribadian
(personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup
nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2.
Harapan
dan perilaku atasan.
3.
Karakteristik,
harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya
kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap
tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya
pemimpin.
5.
Iklim
dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6.
Harapan
dan perilaku rekan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin
dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat menunjang untuk
berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai
apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara
atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki
pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan
dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.
Selanjutnya
peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto,
sebagai berikut :
1. Sebagai
pelaksana (executive)
2. Sebagai
perencana (planner)
3. Sebagai
seorangahli (expert)
4. Sebagai
mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group representative)
5. Sebagai mengawasi
hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of internal relationship)
6. Bertindak sebagai pemberi
gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and punishments)
7. Bentindak sebagai wasit
dan penengah (arbitrator and mediator)
8.
Merupakan
bagian dari kelompok (exemplar)
9. Merupakan lambing dari
pada kelompok (symbol of the group)
10.Pemegang
tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual
responsibility)
11.
Sebagai
pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
12.
Bertindak
sebagai seorang aya (father figure)
13.
Sebagai
kambing hitam (scape goat).
Berdasarkan
dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan harus
memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin
memiliki tugas yang embannya, sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai
berikut :
1. Menyelami
kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.
2. Dari keinginan itu dapat
dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai.
3. Meyakinkan kelompoknya
mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana
yang sebenarnya merupakan khayalan.
Tugas
pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami
akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak
dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau
menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk
keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpian yang
profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang
pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping
itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan,
sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram,
dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka
tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan
KESIMPULAN
1.
Seorang pemimpin diharapkan dapat menjaga kehar-monisan
semua anggotanya.
2.
Seorang pemimpin harus bijaksana dalam memutuskan segala
sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.
3.
Seorang pemimpin harus mendahulukan kepentingan bersama
daripada kepentingan pribadi
DAFTAR PUSTAKA
Permadi, K.
1996. Pemimpin dan
Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta
Wahjosumidjo.
2007. Kepemimpinan Kepala
Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tks telah berkunjung,semoga bermanfaat.